Kamis, 07 Juni 2012

Jamaah Tabligh menurut Beberapa Ulama

Jamaah Tabligh menurut Beberapa Ulama

KH Tengku Zulkarnaen : Umat Kehilangan ‘Rasa’ Dakwahnya  : http://tengkuzulkarnain.net/
Sumber : http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,5-id,7484-lang,id-c,halaqoh-t,KH+Tengku+Zulkarnaen+++Umat+Kehilangan++Rasa++Dakwahnya-.phpx
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/08/12/16/20688-kh-tengku-zulkarnaen-umat-kehilangan-rasa-dakwahnya
Bagi sebagian orang, ulama yang satu ini cukup populer. KH Tengku Zulkarnaen memang mudah dikenali karena kerap mengisi acara ceramah dan siraman rohani di layar kaca.
Gaya bicaranya lugas dan tegas terutama bila menyangkut permasalahan yang tengah dihadapi umat. Maka tidaklah mengherankan ketika Ketua Umum Mathla’ul Anwar ini diminta komentarnya seputar gerakan dakwah di sela Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) beberapa waktu lalu, dengan terus terang, mengemukakan pendapat dan harapannya untuk kemajuan bidang dakwah Islamiyah.
Menurut dosen Fakultas Sastra USU Medan jurusan Lingustik Inggris ini, problem utama dakwah di tanah air, selain masalah rutin semisal lemahnya strategi dan konsep dakwah, adalah kurangnya sifat dakwah pada umat. Padahal kata dia, dakwah bukan cuma tanggungjawab dan urusan ormas Islam dan lembaga formal keagamaan, tetapi juga umat secara keseluruhan.
Inilah yang coba diutarakannya dalam KUII kemarin seraya harapan bahwa fokus dakwah hendaknya juga diarahkan pada upaya penyadaran akan pentingnya menumbuhkan sifat dakwah tersebut. Sebuah upaya yang bila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, akan membawa keberhasilan. Berikut petikan wawancaranya:

Apa saja masalah krusial yang dihadapi gerakan dakwah dewasa ini?
Jelas banyak sekali. Mulai dari strategi maupun konsep dakwah yang sekiranya perlu dibenahi, belum tercapainya sinergi antara ormas Islam dan lembaga Islam, dan masih banyak lagi. Namun menurut saya, satu permasalahan terbesar yang kita hadapi adalah hilangnya sifat dakwah dari sebagian umat.
Semua orang Islam wajib berdakwah. Begitu masuk agama Islam, kita wajib menyampikan kebenaran Islam kepada orang lain. Ibarat orang yang selama ini buta, kemudian matanya dioperasi hingga bisa melihat keindahan dunia, terus apa yang harus dia perbuat. dia harus berpikir supaya orang buta dapat dioperasi dan bisa pula menikmati indahnya dunia. Dia dapat berbuat apa saja yang dia bisa lakukan untuk membantu.
Jadi pada intinya dakwah ini beda dengan taklim. Kalau mengajar memang perlu ulama dan orang alim, tapi mengajak orang kepada kebaikan tidak perlu orang alim, asal dia tahu ilmu agama dia bisa memberikan pengetahuannya untuk orang lain pula. Contohnya saja adzan adalah seruan yang sempurna, bolehkah anak kecil mengumandangkan adzan? Jawabannya boleh saja, walaupun dia tidak alim. Dengan begitu Islam dapat membuktikan bahwa dakwah adalah kerja semua umat.
Selama ini telah terjadi salah persepsi di masyarakat mengenai esensi dakwah?
Betul dan itu terjadi karena kita selama ini tidak bisa membedakan dakwah dan taklim tadi. Padahal di masjid Nabi sejatinya ada empat amalan; dakwah, taklim, ibadah, dan hikmat. Intinya kita menggunakan diri dan harta kita untuk sebanyak-banyaknya mengenalkan agama Islam kepada seluruh dunia.
Kta lihat, orang di Eropa kalau sudah masuk Islam, dia akan berubah total. Pribadinya berubah, pakaiannya berubah juga cara bicaranya. Sehingga ketika setiap dia ditanya kenapa berubah, dia akan langsung berdakwah. Islam-lah yang telah mengubah saya. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan dewasa ini kita saksikan percepatan pertumbuhan Islam di Eropa begitu tinggi yang salah satu sebabnya karena setiap orang mendakwahkan agamanya. Di Indonesia tidak. Kita kalau mengajak orang kepada kebaikan seolah malu, kita lebih senang mengajak orang untuk makan siang.
Bagaimana untuk mengubah persepsi itu?
Ya harus terus disadarkan, dan saya kira tidak terlalu sulit. Kita lihat misalnya Jamaah Tabligh di Jakarta, mereka yang mantan pelaku kriminal diberi siraman rohani selama tiga hari, Alhamdulillah selanjutnya orang tadi berubah total dan mengajak yang lainnya untuk masuk ke dalam Islam yang sebenar-benarnya. Sebenarnya tidak terlampau sulit, asal ada niat serta kemauan saja. Makanya kalau setiap umat Islam di Indonesia sudah menjadikan sifat dakwah menyatu dalam diri, maka Islam di tanah air tidak akan merosot jumlahnya bahkan kian berkembang di masa depan.
Lantas tantangan dakwah yang perlu dicermati ke depan?

Sebenarnya banyak sekali; arus globalisasi, kiprah kelompok non-Islam, dan orang-orang yang hanya ingin mengeruk keuntungan duniawi. Ini semua tentu musuh kita. Tapi sebetulnya itu tidak berpengaruh sama sekali bila di dalam diri kita kuat melaksanakan sunnah Islam. Kata nabi, perumpamaan orang yang selalu mengingat Allah itu orang yang hidup dan orang yang tidak ingat Allah itu adalah orang yang mati. Kenapa Nabi menyinggung hidup dan mati, karena benda hidup tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Contohnya ikan di laut direndam air garam 5-10 tahun kita makan dagingnya kan tidak terasa asing, tapi bila ikan itu sudah mati kita rendam dengan air garam selama dua jam, baru terasa asin.
Kita sebenarnya tidak terlalu risau dengan masalah eksternal umat, asalkan kita mampu mengamalkan ajaran agama 100 persen. Maka dari itu, kita hendaknya mengamalkan cara nabi saja. Kalau kita hidupkan sunnah, makan, tidur, bertutur kata dan sebagainya dengan cara nabi niscaya akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam penyelenggaraan KUII, juga dicermati masalah pemurtadan serta pendangkalan akidah?
Ini sebenarnya problem lama. Dulu yang seperti itu dinamakan mu’tazilah, dan itu sejak zaman dahulu memang sudah muncul bahkan sepeninggal Rasulullah sudah ada. Mu’tazillah adalah memahamkan ajaran Islam menurut akalnya. Kalau bertentangan dengan akalnya, dia tidak menganggap teks Alquran maupun hadis sebagai sesuatu yang valid. Ini jelas kesalahan fatal. Tidak ada tradisi memahamkan Alquran itu dengan akal. Itu hanya pengaruh dari para ilmuwan-ilmuwan Barat. Dalam salah satu hadis nabi disebutkan bahwa barang siapa yang menafsirkan Alquran menurut akalnya, nanti kedudukannya dalam neraka. Maka apa yang dilakukan para sahabat mereka memahamkan Alquran dari nabi, bertanya kepada nabi, melihat sikap nabi, dan melihat perilaku nabi. Menurut hemat saya, orang-orang mu’tazilah ini justru patut dikasihani. Dia berpegang pada sains sehingga agama harus tunduk pada sains, padahal sains senantiasa berubah. Kebalikannya, Alquran dari dulu hingga sekarang tidak pernah berubah. Lantas mengapa paham mu’tazilah ini bisa berkembang, hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari kenyataan bahwa kita belum sepenuhnya mengamalkan sunnah nabi sehingga kita menganggap apa-apa yang terdapat dalam Alquran dan hadis bukan sebagai kebiasaan hidup kita.
Apa yang harus dilakukan dalam waktu dekat?

Betulkan akhlak umat. Kalau sudah betul maka hal-hal yang merusak akan dibuang. Termasuk juga mu’tazilah akan dibuang orang dan bakal kembali kepada Alquran dan sunnah. Dakwah harus difokuskan pada sasaran tersebut yakni memperbaiki akhlak dan mengembalikan pada kebenaran. Seperti saya sampaikan tadi, ini tugas kita bersama, bukan hanya ormas Islam, lembaga Islam melainkan kewajiban serta tanggungjawab seluruh umat untuk mendakwahkan Islam.
H As’ad Said Ali |  Sumber: http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,4-id,32537-lang,id-c,kolom-t,Jamaah+Tabligh-.phpx
Jamaah Tabligh didirikan oleh syeikh Muhammad Ilyas bin Syeikh Muhammad Ismail, bermazhab Hanafi, Dyupandi, al-Jisyti, Kandahlawi (1303-1364 H). Syeikh Ilyas dilahirkan di Kandahlah sebuah desa di Saharnapur, India. Ilyas sebelumnya seorang pimpinan militer Pakistan yang belajar ilmu agama, menuntut ilmu di desanya, kemudian pindah ke Delhi sampai berhasil menyelesaikan pelajarannya di sekolah Dioband, kemudian diterima di Jam’iyah Islamiyah fakultas syari’ah selesai tahun 1398 H. Sekolah Dioband ini merupakan sekolah terbesar untuk pengikut Imam Hanafi di anak benua India yang didirikan pada tahun 1283H/1867M.
Di Indonesia, hanya membutuhkan waktu dua dekade, Jamaah Tabligh (JT) sudah menggurita. Hampir tidak ada kota di Indonesia yang belum tersentuh oleh model dakwah mereka. Tanda kebesaran dan keluasan pengaruhnya sudah ditunjukkan pada saat mengadakan “pertemuan nasional” di Pesantren  Al-Fatah Desa Temboro, Magetan, Jawa Timur pada tahun 2004. Kenyataan ini sungguh di luar dugaan untuk sebuah organisasi yang relatif baru dan tidak mempunyai akar di Indonesia.
Merebaknya JT sebenarnya hanyalah salah satu sekuen dari perkembangan serupa di banyak negara. Kelompok ini sekarang sedang mewabah di seluruh dunia, dan menjadi ujung tombak gerakan islamisasi di negara-negara atau daerah-daerah non-muslim. Mereka bisa karena menawarkan format Islam yang lebih ramah, sederhana, sentuhan personal serta tekanan pengayaan spritualitas personal. Format semacam ini bagaimanapun mengisi ruang kosong yang ditinggakan oleh kapitalisme dan modernisme.
Meskipun demikian, JT tetap menimbulkan kontroversi. Sebagian kalangan menuduh kelompok ini  adalah bagian dari jaringan Islam garis keras. Namun, sebagian lainnya, justru berpendapat berbeda. JT  dianggap semata-mata komunitas dakwah yang bersifat apolitis. Adanya perbedaaan pandangan yang sangat tersebut menunjukkan komunitasnya ini sesungguhnya belum banyak dieksplorasi sehingga tidak mudah dipahami. Hal ini sebenarnya wajar, mengingat komunitas ini relatif kurang terbuka kepada publik.
Pemikiran Dasar   
Dalam gerakan Islam kontemporer, Jamaah Tabligh adalah gerakan dakwah yang mempunyai pengikut yang terbesar, pengikutnya hampir ada di setiap negara baik yang dihuni oleh mayoritas muslim maupun non Muslim. Banyaknya pengikut Jamaah Tabligh di berbagai negara tidak terlepas dari pemikiran yang ditawarkan Jamaah Tabligh kepada pengikutnya. Ada dua prinsip yang sangat fundamental bagi Jamaah Tabligh yaitu tidak melibatkan diri dalam politik praktis dan tidak membahas masalah keagamaan yang bersifat khilafiyah. 
Pemikiran Jamaah Tabligh lebih jauh bisa dikatakan bertolak belakang secara diametral dengan gerakan dakwah Islam lainnya. Sedikitnya ada empat prinsip dalam Jamaah Tabligh yang paradoks dengan gerakan dakwah Islam lain;
Pertama, menurut Jamaah Tabligh, pada saat ini pintu ijtihad sudah ditutup. Sebab menurut Jamaah Tabligh, syarat-syarat ijtihad yang dikemukakan ulama salaf sudah tidak ada lagi di kalangan ulama saat ini. Karena itu, ada keharusan bagi kaum muslimin untuk bertaklid. Pemikiran sangat bertentangan dengan pemikiran Muhammad Abduh, pemikir muslim dari Mesir, yang membuka pintu ijtihad seluas-luasnya agar kaum muslimin dapat maju.
Kedua, pendekatan dakwah dan ibadah yang digunakan adalah dengan cara tasawuf, tidak dengan politik, sosial, budaya ataupun perlawanan bersenjata. Sebab Jamaah Tabligh sangat meyakini bahwa tasawuf adalah cara untuk mewujudkan hubungan dengan Allah dan memperoleh kelezatan iman. Mengutamakan ibadah mahdhoh, sebagaimana tasawuf, banyak ditentang oleh gerakan Islam lainnya terutama oleh gerakan Wahabi, Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin dll.
Ketiga, Jamaah Tabligh tidak memandang perlu nahi munkar, dengan alasan bahwa fase sekarang menurut Jamaah Tabligh adalah fase mewujudkan iklim yang kondusif bagi masuknya kaum muslimin ke dalam Jamaah mereka. Dengan prinsip ini, kehadiran Jamaah Tabligh di berbagai tempat nyaris tak mendapat resistensi. Prinsip ini banyak mendapat kritik dari berbagai kalangan pemikir Islam, sebab dengan demikian (tanpa nahi munkar) Islam seperti agama Hindu, hanya menyeru kebaikan, tanpa mau mencegah kemunkaran.
Keempat, Jamaah Tabligh memisahkan antara agama dan politik. Setiap anggota tidak berhak mengkaji politik atau terjun ke dalam urusan yang berhubungan dengan pemerintahan. Sebab menurut Jamaah Tabligh politik praktis hanya akan membawa kepada perpecahan.
Konsep Khuruj
Salah satu ciri khas gerakan Jamaah Tabligh adalah adanya konsep khuruj (keluar untuk berdakwah). Dalam konsepsi Jamaah Tabligh, seseorang akan dianggap sebagai pengikut Jamaah Tabligh, jika sudah turut serta dalam khuruj. Sebab khuruj bagi Jamaah Tabligh merupakan sebuah kewajiban.
Konsep khuruj yang dibangun Jamaah Tabligh berdasarkan landasan teologis pimpinan Jamaah Tabligh.  Landasan hukum khuruj bagi jamaah tabligh berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an (Al-Imran : 104 dan Al-Imran :110).
Begitu juga dengan hadist, khuruj didasarkan pada satu hadits Nabi yang berbunyi “apabila ummatku di akhir zaman mengorbankan 1/10 waktunya di jalan Allah, akan diselamatkan.” Maka setiap hari mereka juga harus menyisakan 2,5 jam waktu mereka untuk berdakwah. Yang lebih menekankan kepada aspek pembinaan suluk/akhlak, ibadah-ibadah tertentu seperti dzikir, zuhud, dan sabar.
Penafsiran akan arti khuruj yang dimaksud oleh ayat di atas, berdasarkan mimpi pendiri Jama’ah Tabligh ini, yakni Maulana Ilyas Al-Kandahlawi, yang bermimpi tentang tafsir Al-Qur’an Surat Ali Imran 110 yang berbunyi : “Kuntum khoiru ummatin ukhrijat linnasi …” menurutnya kata ukhrijatdengan makna keluar untuk mengadakan perjalanan (siyahah). 
Konsep khuruj dalam aplikasinya terdiri dari tiga tahap;
• 3 hari dalam sebulan
• 40 hari dalam setahun
• 4 bulan sekali dalam hidup
Dalam khuruj yang dilakukan, tempat dan target dakwah sudah ditentukan. Biasanya mereka yangkhuruj berkelompok terdiri dari 5-10 orang. Mereka biasanya diseleksi oleh anggota syura Jamaah Tabligh siapa saja yang layak untuk khuruj. Mereka yang khuruj dikirim ke berbagai kampung yang telah ditentukan. Di kampung tempat berdakwah, para Jamaah Tabligh ini, menjadikan masjid sebagai base camp. Kemudian mereka berpencar ke rumah-rumah penduduk untuk mengajak masyarakat lokal untuk menghadiri pertemuan di masjid dan mereka akan menyampaikan pesan-pesan keagamaan.
Konteks Politik 
Apabila mencermati ajaran dan metode dakwahnya, JT memang tetap setia dengan pendekatan non-politik. Pendekatan ini telah sukses menarik kalangan non-muslim maupun muslim yang kurang taat untuk menjaid muslim shaleh.
Namun, JT sesungguhnya tidak pernah menarik garis tegas dengan gerakan-gerakan Islam radikal. Oleh karena itu, politisasi JT selalu terjadi. Hal ini ditunjang oleh metode pembinaan pasca tabligh yang lemah, menjadikan massa penganut JT mudah dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok Islam lainnya.
Inilah yang terjadi di Pakistan. Konstituen JT yang meluas pada akhirnya dimanfaatkan oleh beragam kekuatan. Presiden Pakistan, Mohammad Rafique Tarar dan Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif, adalah tokoh penting yang  pernah memfasilitasi perkembangan JT di Pakistan. Sayangnya, JT juga pernah terlibat usaha kudeta militer di Pakistan  pada tahun 1995. Di samping itu, beberapa anggotanya juga terlibat dalam organisasi Harakat ul-Mujahideen, sebuah kelompok Islam garis keras di Pakistan.
Sekarang ini bahkan diyakini bahwa sebagian besar pendukung Taliban di Afganistan, juga merupakan konstituen JT.
Jaringan Jamaah Tabligh
Pengikut Jamaah Tabligh tersebar di lima benua terdiri dari 215 negara. Adapun pusat Jamaah Tabligh berada di perkampungan Nidzammudin, Delhi, India. Mereka memiliki masjid sebagai pusat tabligh yang dikelilingi oleh 4 kuburan wali. Dari Niszamudin inilah gerakan Jamaah Tabligh dikendalikan.
Meski pusat gerakan di India, namun negara lainnya seperti Banglades dan Pakistan tidak kurang pentingnya dalam gerakan Jamaah Tabligh. Sehingga poros India-Pakistan-Bangladesh, menjadi semacam base camp bagi para aktivis jamaah tabligh. Setiap orang disarankan meluangkan empat bulan khuruj-nya ke tiga negara di Asia Selatan tersebut. Sebab ketiga negara tersebut, India-Pakistan-Bangladesh bisa diibaratkan sebagai centre of excellence sebagaimana Universitas Al-Azhar, Madinah, Harvard, Oxford, atau MIT bagi ilmu-ilmu.
Pentingnya ketiga tempat ini, terlihat dari antusiasnya anggota jamaah Tabligh dalam menghadiri acara ijtima’ yang diadakan setiap tahun. Pada tahun 1998 telah diadakan konferensi internasional tahunan di Raiwind dekat Lahore dan di Tongi dekat Dhaka, Banglades, yang telah dihadiri lebih dari satu juta kaum muslimin dari 94 negara. Konferensi internasional Jamaah Tabligh tahunan ini merupakan berkumpulnya umat Islam terbesar kedua setelah haji di Mekkah, ’the second biggest muslims gathering after hajj’. 
Konferensi internasional tahunan jamaah tabligh ini juga diadakan di Amerika Utara dan Eropa. Konferensi tersebut bisa mendatangkan 10.000 muslim, dari seluruh negara-negara di Amerika Utara dan Eropa, mungkin salah satu perkumpulan terbesar muslim di Barat.
Untuk mengadakan acara Internasional tersebut atau ijtima’ dana didapatkan dari para donatur jamaah tabligh. Para donatur tersebut pada umumnya adalah para pedagang yang juga anggota jamaah tabligh. Para donatur menyumbang seikhlasnya, namun karena pada umumnya para donatur adalah wiraswastawan, maka kebutuhan untuk ijtima’ selalu tertutupi.
Dalam menjalankan organisasi jamaah tabligh, mempunyai beberapa kantor perwakilan yang menjadi koordinator dakwah disetiap wilayah. Seperti disebutkan di atas kantor utama Jamaah Tabligh, yang dikenal dengan nama Markaz di Nizamudin, New Delhi, India. Kantor utama di Eropa adalah di Dewsbury, Inggris. Asia Timur berpusat di Jakarta, Indonesia. Untuk Afrika berpusat di Derbun, Afrika Selatan.
Meski tersebar di berbagai negara dan memiliki anggota ratusan ribu, namun jamaah tabligh secara administratif tidak mencatat setiap anggotanya. Keanggotaan lebih ditentukan melalui ikatan emosional. Keanggotaan terkontrol bila ada acara-acara ritual mingguan, bulanan atau ketika khuruj. Demikian juga dengan struktur organisasi, nyaris dibilang tak mempunyai struktur, yang ada hanya amir dan para pembantunya yang tidak terstruktur.
Jamaah Tabligh di Indonesia
Jamaah Tabligh di Indonesia meski tak sepopuler organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah atau NU, namun Jamaah Tabligh terbilang mempunyai anggota yang cukup banyak. Anggota Jamaah Tabligh di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari artis sampai dengan tentara, kalangan profesional dll. Pusat markaz jamaah tabligh di Indonesia berada di Jakarta, khususnya di masjid Masjid Kebon Jeruk di Jl Hayam Wuruk, Jakarta Kota.
Di masjid yang sudah berusia lebih dua abad ini, kita akan menjumpai ratusan jamaah yang hampir seluruhnya berjenggot. Mereka juga menggunakan surban, pakaian takwa dan peci putih, yang biasa dipakai umat Islam di Indonesia. Tapi kita juga akan mendapati jamaah yang memakai surban dengan baju panjang sampai lutut, untaian tasbih atau tongkat di tangan, janggut berjenggot, dahi hitam, dan aroma minyak cendana, khas jamaah dari Asia Timur.
Pada acara ijtima’ internasional rombongan jamaah tabligh dari Indonesiapun turut hadir. Rombongan dari Indonesia datang berasal dari berbagai profesi, antara lain pimpinan pondok pesantren, pengusaha muda, eksekutif muda, artis, pedagang kaki lima, pegawai negeri, dan bupati. Artis Gito Rollies adalah salah seorang di antaranya. Acara ijtima’ untuk skala Indonesia juga pernah dilakukan di Medan, Lampung, dan Jakarta.
Acara ijtima’ jamaah tabligh untuk skala Asia Tenggara, baru-baru ini (2004) dilakukan di di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Fatah Desa Temboro, Kecamatan Keras, Magetan. Acara yang dihadiri oleh sekitar 20.000 anggota Jamaah Tabligh — ini terbilang istimewa, sebab calon wakil presiden Yusuf Kalla turut hadir dalam acara pembukaan tersebut. Acara ijtima’ ini merupakan awal dari acara khuruj yang menjadi program Jamaah Tabligh.
Sebanyak 20.000 anggota Jamaah Tabligh siap khuruj ke berbagai pelosok di Indonesia. Anggota jamaah sebanyak 20.000 orang – yang juga dihadiri, dari negera-negara ASEAN, Saudi Arabia, Pakistan, India dan beberapa negara muslim lainnya — tersebut akan dipecah dalam rombongan, masing-masing rombongan terdiri atas 7 hingga 12 orang. Tempat yang akan dikunjungi Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera. Mereka semua dibekali dengan surat jalan dan identitas diri. Kemudian setelah tiba di tempat yang dituju, mereka harus melapor ke pihak keamanan.
Jumlah Anggota
Jumlah anggota Jamaah Tabligh dibagi pada tiga kategori. Pertama, anggota aktif, yang dimaksud dengan anggota aktif, adalah mereka yang selalu berdakwah (membaca Riyadhus Shalihin atau kitab yang dijadikan referensi oleh Jamaah Tabligh, setelah shalat dhuhur atau Asar di berbagai masjid) dan juga pada umumnya anggota aktif selalu memakai pakaian yang dianggap sunnah seperti pakaian putih dengan sorban dan berjenggot dan juga selalu rutin menghadiri pengajian mingguan setiap Jum’at malam. Jumlah anggota aktif ini tidak terlalu banyak ada sekitar 7.500 orang diseluruh Indonesia. Jumlah anggota aktif ini juga terkait dengan pekerjaan, pada umumnya anggota aktif adalah para pedagang atau wiraswastawan.
Kategori kedua adalah anggota yang setengah aktif, mereka adalah anggota Jamaah Tabligh yang kadang-kadang mau berdakwah (membaca Riyadhus Shalihin atau kitab yang dijadikan referensi oleh Jamaah Tabligh, setelah shalat dhuhur atau Asar di berbagai masjid), mereka juga kadang-kadang memakai pakaian putih dan sorban dan juga kadang-kadang mengahadiri pengajian Jum’at malam. Jumlah anggota kategori kedua ada sekitar 10.000 orang di seluruh Indonesia. Anggota kategori kedua, pada umumnya menjadi pegawai, sehingga mempunyai waktu yang terbatas.
Kategori ketiga, anggota tidak aktif atau masih pada tahap belajar. Karakter anggota ini, tidak pernah mau berdakwah kecuali kalau diajak oleh anggota aktif. Pada umumnya belum begitu paham dasar-dasar Islam. Tidak pernah berpakaian putih (gamis) dan bersorban dan pada umumnya malu kalau menyatakan diri sebagai anggota Jamaah Tabligh. Keterkaitannya dengan Jamaah Tabligh jika diajak khuruj dan mempunyai waktu mereka pada umumnya ikut serta khuruj.Kategori ketiga tidak mempunyai kaitan dengan status pekerjaan. Jumlah anggota non aktif ini sekitar 15.000 orang.
* Wakil ketua umum PBNU

sumber: http://warnet.tblog.com/post/1969944454#comment_anchor

Siapa sangka markaz Jamaah Tabligh(JT) yang berada di pondok pesantren Al Fatah, temboro magetan. Dulunya adalah pondok pesantren yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU). Dulunya disitu sangat kental dengan tradisi-tradisi NU tapi sekarang telah berubah dengan tradisi-tradisi JT. Bukan hanya ponpes al fatah, sekarang ini banyak ponpes NU tradisional yang bergabung dengan JT.Hal ini merupakan sesuatu fenomena menarik yang perlu di kaji. Bahkan kata sebuah LSM banyak warga NU yang berpindah ke JT Mengapa bisa terjadi begitu???
PETA Warga NU
NU adalah sebuah ormas Islam yang besar di indonesia. Melihat NU adalah melihat kyai dan warganya. Masyarakat NU tidaklah seragam walaupun sama-sama dalam satu ormas. Kita dapat memetakan kehidupan warga NU menjadi tiga kelompok/golongan yaitu:
1. NU Liberal
Orang-orang yang termasuk golongan ini memiliki pemikiran yang liberal, jauh dari pemikiran khittah NU namun mereka tetap mengaku sebagai warga nahdliyin, seperti Ulil abshar abdalla dengan JIL (jaringan islam liberal). Secara pragmatis kita bisa menebak bahwa mereka itu tetap mengaku sebagai warga nahdliyin hanya mendompleng agar pemikiran2nya laku dijual. Karena banyak anak muda Nu yang tersedot kedalamnya.
2. NU politik.
Warga NU yang termasuk golongan ini jelas terlihat dihadapan kita. Karena mereka merupakan pelaku-pelaku politik praktis yang terlibat didalam partai politik. Memang massa nahdliyin yang besar sangat menggiurkan untuk mendapatkan suara untuk meraih kekuasaan. Sayangnya banyak warga NU yang punya syahwat politik besar tidak bisa berkumpul didalam satu wadah partai politik akibatnya mereka tidak bisa memperjuangkan aspirasi warga nahliyin. Banyak warga nahdliyin kecewa dengan oknum NU politik ini yang sibuk bertengkar dan mementingkan diri-sendiri lupa membina, mengurus pondok pesantren, majelis taklim dan pemberdayaan nahdliyin karena fokus pada politik melulu.
3.NU tradisional
Golongan ini sangat kuat memegang khittah NU didalam mengembangkan dakwah islam aswaja (ahlu sunnah waljamaah). Para kyai , ustadz dan warga nahdliyin tradisional ini sangat concern terhadap perkembangan NU sehingga aktivitas mereka murni untuk NU. Para kiyai & ustadz lebih banyak mengurus pesantren, majles taklim dan umat. Mereka tidak tertarik dengan NU liberal dan Nu politik yang mereka anggap mengecewakan dan jauh dari khittah NU.
Tertarik dengan JT
Pondok pesantren al fatah yang sekarang menjadi pusat JT dulunya adalah termasuk dalam golongan NU tradisional. Kyai pondok pesantren al fatah saat ini adalah KH Uzairon . para kyai dan ustadz dulunya sangat berpegang dengan tradisi-tradisi NU. Namun melihat realitas bahwa banyak kyai dan anak muda NU yang meninggalkan tradisi-tradisi NU dan sibuk dengan politik dan pemikiran liberal sehingga menimbulkan kerisauan terhadap dawah islam.
Saat itulah muncul jamaah tabligh yang menawarkan konsep da’wah islam yang sesuai dengan paham aswaja NU dan lebih mengedepankan ukhuwah islamiyah &silahturahmi maka banyak NU tradisional tertarik dan bergabung dengan JT. Bahkan saat ini banyak pondok pesantren-pesantren di jawa timur( seperti di malang selatan, malang kota) yang sudah menjadi JT mungkin bisa disebut NU-JT karena mereka selain berkecimpung dengan dawah lewat pesantren juga melakukan da’wah khuruj fi sabilillah seperti jamaah tabligh. Kita dapat menyimpulkan ketertarikan warga NU tradisional terhadap jamaah tabligh yaitu:
1. JT mengedepankan akhlak baik.
Dakwah JT lebih mengedepankan akhlak . hal ini mirip dengan tradisi NU yang toleran, ramah dan sederhana. Para Nu tradisional melihat karkun jamaah tabligh seperti melihat sahabat nabi atau kyai dahulu.
2. JT memuliakan Kyai
Sekarang ini sangat jarang warga nahdliyin yang bersilahturahmi ke kyai-kyai kecuali ada kepentingan tertentu. Aktivis JT sangat memuliakan dan menghormati kyai-kyai dan para ustadz. Ini bisa kita lihat karena dalam ajaran JT ada ajaran ikramul muslimin. Berbeda dengan warga NU politi & liberal yang hanyasilahturahmi ke kyai klo ada kepentingan politik saja. Bahkan NU liberal banyak menolak ajaran kyai NU tradisional dengan mengatasnamakan otonomi pemikiran dan anti taklid serta banyak juga mereka yang tidak mau masuk pesantren belajar kitab kuning lagi. Sebaliknya aktivis JT malah menyambut baik dan menerima setiap nasehat para kyai Bahkan banyak anak2 para aktivis JT yang dimasukkan ke pesantren-pesantren dan menjadi hafiz quran.. Inilah yang membuat ketertarikan NU tradisional kepada JT
3. Dakwah islam militan
Para aktivis JT dikenal sangat militan dalam menyampaikan dawah islam walaupun sedikit ilmunya . sehingga bukan hal aneh kalo JT sekarang ini semakin besar dan bisa meraup pesantren NU dalam da’wah nya. Bahkan pesantren-pesantren NU tradisional yang telah menjadi aktivis JT itu juga berdawah dengan militan. Pesantren al fatah yang dipimpim oleh Gus Uzairon pun juga gencar dalam berdawah. Menurut pengakuan para karkun , Gus uzairon pun berdawah ke kyai-kyai dan ke pesantren-pesantren karena levelnya sama yaitu sama-sama kyai dan pengasuh pesantren.Gus uzairon berdawah ke para kyai dengan akhlak lembut dan mengajak para kyai Nu tradisional untuk menghidupkan sunnah nabi dan silahturahmi. Bahkan adik gus uzairon pun ada yang dikawinkan dengan kyai dari pesantren di malang selatan. Itu menurut pengakuan aktivis JT. Sehingga bukan hal aneh banyak warga NU tradisional tertarik dengan kelemah lembutan da’wah JT.Cepat ato lambat dawah JT akan menjadi da’wah terbesar di jagad Indonesia bahkan Dunia.
Makanya kita tak perlu heran dengan keberadaan JT yang semakin diterima oleh masyarakat indonesia bahkan warga NU tradisional tertarik dengan jamaah JT. Karena dawah sudah menjadi tanggung jawab semua pribadi JT.Namun sangat disayangkan adalah ucapan ahmad baso yang ditulis di islamlib.com yang mencurigai dawah JT sebagai da’wah politik. Menanggapi hal ini warga NU tradisional yang telah disentuh JT menjawab” biarkan realitas yang menjawab, mana yang sibuk berpolitik melupakan masjid dan umat dan yang benar2 ingin memakmurkan masjid?” Demikianlah pandangan penulis terhadap semakin banyaknya warga NU tradisional yang aktif dan bergabung dengan jamaah tabligh. Jamaah tabligh bukanlah ormas tapi sebuah gerakan yang ingin menghdupkan da’wah dan sunnah nabi yang hal ini equal dengan Nu tradisional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar